Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

155 Contoh Paribasa atau Peribahasa Sunda Populer dan Artinya

Selamat datang di blog Husni.my.id. Pada postingan sebelumnya saya sudah membagikan contoh-contoh babasan atau ungkapan Sunda. Sekarang saya akan berbagi 155 contoh paribasa atau peribahasa Sunda populer dan artinya.

Sebelumnya, saya akan jelaskan dulu apa itu paribasa? dan apa bedanya paribasa dengan babasan?

Contoh Paribasa atau Peribahasa Sunda Populer dan Artinya

Paribasa dalam bahasa Indonesia disebut juga peribahasa. Paribasa merupakan bagian dari pakeman basa Sunda, yaitu susunan kata-kata yang sudah tetap, bentuk dan susunannya tidak bisa diubah lagi, dan memiliki makna baru sebagai makna pinjaman yang berbeda dengan arti harfiahnya.

Bedanya paribasa dan babasan adalah susunan kata paribasa lebih panjang dan berupa kalimat, isinya tentang nasihat, pepatah, atau filsafat hidup. Sedangkan babasan hanya terdiri atas dua atau tiga kata dan isinya menggambarkan sifat manusia.

Baca juga: 60 Contoh Babasan atau Ungkap Sunda Populer dan Artinya

Paribasa dan babasan sama-sama termasuk pakeman basa atau idiom. Arti yang terkandung dalam paribasa dan babasan disebut arti idiomatik.

Contoh paribasa atau peribahasa Sunda dan artinya

  1. Abong biwir teu diwengku letah teu tulangan : terkadang suka bicara seenaknya tanpa memikirkan perasaan orang lain yang mendengarnya.
  2. Adat kakurung ku iga : kebiasaan yang sudah mendarah daging dan sulit diubah.
  3. Adean ku kuda beureum : merasa bangga dengan barang milik orang lain.
  4. Agul ku payung butut : membanggakan leluluhur atau keturunan; membangga-banggakan barang yang nilainya tidak seberapa.
  5. Ambek nyedek tanaga midek : emosi yang tidak bisa disalurkan.
  6. Anu borok dirorojok nu baseuh disimbeuhan : orang yang terkena musibah malah dikasih beban atau penderitaan lagi.
  7. Asa aing uyah kidul : Sombong, merasa diri paling hebat.
  8. Asa bucat bisul : sudah lepas dari beban atau masalah.
  9. Asa ditonjok congcot : sangat gembira atau bahagia.
  10. Asa kagunturan madu kaurugan menyan bodas : bahagia sekali karena mendapat sesuatu.
  11. Aya jalan komo meuntas : menemukan cara untuk mencapai maksud atau keinginan.
  12. Aya jurig tumpak kuda : mendapat rejeki dari jalan yang tidak disangka-sangka.  
  13. Aya hate kadua leutik : menaruh perasaan cinta.
  14. Bali geusan ngajadi : tempat kelahiran; kampung halaman.
  15. Banda tatalang raga : jangan sayang menjual harta untuk menolong diri. 
  16. Batu turun keusik naek : sepakat; masing-masing mengalah untuk mencapai titik temu.
  17. Beuheung teukteukeun suku genteng belokeun : pasrah karena merasa salah.
  18. Beungeut nyanghareup ati mungkir : munafik; sikap tidak sama dengan isi hati.
  19. Beurat nyuhun beurat nanggung beurat narimakeunnana : sangat berterima kasih sehingga berat untuk membalas budi.
  20. Bentik curuk balas nunjuk capetang balas miwarang : bisanya nyuruh-nyuruh sementara dia sendiri tidak melakukannya.
  21. Bobot pangayun timbang taraju : segala pertimbangan; semua yang dikerjakan harus penuh pertimbangan.
  22. Bru di juru bro di panto ngalayah di tengah imah : kaya raya, memiliki banyak harta.
  23. Buah jauh moal jauh tina tangkalna : sifat anak tidak akan jauh dari sifat orangtuanya.
  24. Buruk-buruk papan jati : baik buruk juga tetap keluarga.
  25. Caang bulan opat belas jalan gede sasapuan : bersih hati, iklhas, tidak ada kebencian.
  26. Cadu mungkuk haram dempak : sumpah yang benar-benar tidak mau melakukan suatu perkara.
  27. Caina herang laukna beunang : sukses tanpa ekses; tercapai maksud tanpa menimbulkan masalah.
  28. Cara gaang katincak : sepi; diam tidak bersuara sedikit pun.
  29. Caringcing pageuh kancing saringset pageuh iket : waspada atau siaga menghadapi bahaya.
  30. Cilaka dua belas : celaka besar.
  31. Cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok : sesulit apapun jika terus belajar pasti suatu akan bisa.
  32. Cuet kanu hideung ponteng kanu koneng : tidak adil, memihak pada kelompok tertentu.
  33. Cukleuk leuweung cukleuk lamping jauh ka sintung kalapa : jauh ke sanak keluarga.
  34. Cul dogdog tinggal igel : meninggalkan pekerjaan yang sudah tentu demi sesuatu yang belum pasti.
  35. Datang katinggali tarang undur katinggali punduk : tertib; datang permisi, pulang minta izin.
  36. Deukeut-deukeut anak taleus : tidak tahu saudara atau kejadian di sekitarnya padahal dekat.
  37. Deungeun-deungeun balangbangan : tidak ada hubungan keluarga sedikit pun.
  38. Didagoan ku seeng nyengsreng : ditunggu kebutuhan mendesak.
  39. Dikepung wakul buaya mangap : dikepung musuh dari segala penjuru dengan senjata lengkap.
  40. Disiksik dikunyit-kunyit dicacag diwalang-walang : dihukum berat seberat-beratnya.
  41. Ditiung memeh hujan : persiapan sebelum membutuhkan.
  42. Dug hulu pet nyawa : usaha habis-habisan sampai lupa waktu dan segalanya.
  43. Hade gogog hade tagog : bagus budi bahasa dan penampilan.
  44. Hade ku omong goreng ku omong : perkataan baik mendatangkan kebaikan, perkataan buruk mendatangkan keburukan.
  45. Halodo sataun lantis ku hujang sapoe : kebaikan yang sudah dilakukan sekian lama rusak oleh keburukan sesaat/ kesalahan kecil.
  46. Haripeut ku teuteureuyeun : mudah tergiur iming-iming tidak peduli mengandung bahaya.
  47. Harus omong batan goong : perkataan lebih hebat dari kenyataan.
  48. Hirup teu neut paeh teu hos : hidup susah, kacau balau karena tidak berkah.
  49. Hurung nangteung siang leumpang : kaya raya, apa yang diinginkannya bisa dilaksanakan.
  50. Jadi sabiwir hiji : jadi bahan pembicaraan.
  51. Jati kasilih ku junti : tuan rumah tersisihkan oleh tamu atau pendatang.
  52. Jengkol aya usumna, ekolmah euweuh usumna : berkata bohong bisa kapan saja karena tidak mengenal musim.
  53. Ka luhur teu sirungan ka handap teu akaran : hidup orang yang serba mentok dalam hal apapun.
  54. Ka cai jadi saleuwi ka darat jadi salogak : rukun, damai tentram tidak ada perselisihan.
  55. Ka bawa ku sakaba-kaba : terbawa oleh pengaruh buruk.
  56. Kaceluk ka awun-awun kawentar ka janapria, koncara ka mancanagara : terkenal ke mana-mana bahkan sampai ke luar negeri.
  57. Kaciwit kulit kabawa daging : terbawa-bawa oleh masalah orang lain.
  58. Kalapa bijil ti cungap : rahasia keluar dari sendirinya (yang bersangkutan).
  59. Katempuhan buntut maung : menanggung risiko dari perbuatan orang lain.
  60. Kawas bueuk meunang mabuk : tertunduk malu atau takut.
  61. Kawas hayam panyambungan : bingung tidak tahu apa yang harus dikerjakan.
  62. Kawas kacang ninggang kajang : bicaranya nrostos kencang tidak memberi kesempatan orang lian bicara.
  63. Kawas kuda leupas ti gedogan : berperilaku bebas sekarepnya tanpa aturan.
  64. Kawas wayang pangsisina : menggambarkan orang yang buruk rupa. 
  65. Kokoro manggih mulud puasa manggih lebaran : aji mumpung seperti orang yang baru menemukan sesuatu.
  66. Kudu bisa kabula kabale : harus bisa bergaul secara baik dengan semua kalangan.
  67. Kudu nepi memeh indit : harus direncanakan matang-matang sebelum melakukan sesuatu agar akibatnya bisa diperhitungkan.
  68. Kumeok memeh dipacok : kalah sebelum bertanding.
  69. Kuru cileuh kentel peujit : tirakat, kurang tidur dan rajin puasa demi mencapai tujuan.
  70. Landung kandungan laer aisan : bijaksana, keputusannya tidak merugikan siapapun.
  71. Langkung saur bahe carek : kata-kata berlebihan dan menyinggung.
  72. Lauk buruk milu mijah : ikut-ikutan melakukan sesuatu karena terbawa arus.
  73. Legok tapak genteng kadek : berwawasan luas dan berpengalaman.
  74. Leuleus jeujeur liat tali : bijaksana, pertimbangannya matang sehingga keputusannya adil.
  75. Leungit tanpa lebih ilang tanpa karana : hilang tidak meninggalkan bekas.
  76. Leutik ringkang gede bugang : manusia tidak sulit dibawa tapi jika meninggal tidak bisa dibiarkan begitu saja.
  77. Lieuk euweuh ragap taya : tidak punya apa-apa.
  78. Loba luang jeung daluang : banyak ilmu dan pengalaman.
  79. Lunca linci luncat mulang udar tina tali gadang : ingkat janji; perkataannya tidak bisa dipegang.
  80. Luhur kuta gede dunya : kaya dan bermartabat tinggi.
  81. Mapatahan ngojay ka meri : mengajarkan sesuatu kepada yang sudah ahli.
  82. Mipit amit ngala menta : tertib; prosedural; selalu minta izin kepada pemiliknya.
  83. Mamawa ka puhu leungeun : melibatkan urusan kepada orangtua atau guru yang tidak tahu duduk perkaranya.
  84. Melengkung bekas nyalahan : tidak sesuai dengan harapan; semasa mudanya baik, setelah tua tidak baik.
  85. Meungpeun carang ku ayakan : pura-pura tidak tahu kejadian di sekitarnya.
  86. Miyuni hayam kabiri : penakut; tidak punya keberanian.
  87. Moal neangan jurig teu kadeuleu : tidak akan mencari orang lain karena pelakunya sudah diketahui.
  88. Mobok manggih gorowong : melakukan sesuatu terus ada jalan yang memudahkan untuk mencapainya.
  89. Monyet naek dibere taraje : seorang ahli diberi alat untuk melakukan keahliannya.
  90. Mopo memeh nanggung : menyerah sebelum berbuat.
  91. Moro julang ngaleupaskeun peusing : melepaskan yang sudah di tangan demi sesuatu yang belum tentu.
  92. Murag bulu bitis : tidak betah diam di rumah.
  93. Neukteuk curug dina tuur : menyebarkan kejelekan saudara/ teman sendiri.
  94. Nanggeuy endog beubeureumna : memperlakukan dengan sangat hati-hati.
  95. Nete semplek nincak semplak : serba mentok, segala upaya selalu rugi.
  96. Nete taraje nincak hambalan : bertahap; tertib; melakukan pekerjaan sesuai tahapan.
  97. Nepakeun jurig pateuh : menempuhkan kesalahan pribadi kepada orang lain.
  98. Ngabejaan bulu tuur : memberi tahu kepada orang yang sudah tahu.
  99. Ngadek sacekna nilas saplasna : berkata jujur sesuai apa adanya.
  100. Ngaleng bari neke : seolah berbuat baik tapi ada maksud jahat.
  101. Ngaliarkeun taleus ateul : menyebarkan kejelekan/ permusuhan.
  102. Ngarawu ku siku : mengerjakan sesuatu secara berlebihan di luar kemampuan.
  103. Ngarep-ngarep kalangkang heulang : mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin.
  104. Ngeupeul ngahuapan maneh : memelas supaya orang membantu dirinya.
  105. Nu asih dipulang sengit nu nyaah dipulang moha : gambaran untuk orang tidak tahu terima kasih.
  106. Ngahudangkeun macan turu : menantang orang hebat atau galak.
  107. Ngawur ka sintu nyieuhkeun hayam : memberi kepada orang lain sementara saudara sendiri dibiarkan karena ada maksud ingin dipuji.
  108. Nulak cangkeng dina taktak : sombong.
  109. Nulungan anjing kadempet : menolong orang yang tidak tahu terima kasih, bukannya membalas kebaikan malah menyakiti yang menolongnya.
  110. Nuturkeun indung suku : berjalan tidak tentu arah tujuan.
  111. Nyalindung ka gelung : menempel kepada istri yang kaya.
  112. Nyaur kudu diukur nyabda kudu diunggang : bicara harus jelas, berisi, dan diperhitungkan.
  113. Nyeri beuheung sosonggeteun : kesal menunggu yang tak kunjung datang.
  114. Nyeungseurikeun upih ragrag : menertawakan orang tua padahal suatu saat akan dilaluinya.
  115. Nyieun pucuk ti girang : membuat gara-gara.
  116. Nyukcruk galur mapay laratan : mencari asal usul; mengikuti jejak.
  117. Nyumput buni dinu caang aya tapi teu katinggali : menyamar.
  118. Paanteur-anteur julang : saling antar sampai berulang-ulang.
  119. Pacikrak ngalawan merak : cicak lawan buaya, yang kecil melawan yang besar.
  120. Pagirang-girang tampian : tidak akur, masing-masing ingin lebih unggul.
  121. Paheuyeuk-heuyeuk lengeun paantay-antay tangan : akur, saling bantu; tolong menolong.
  122. Pait daging pahang tulang : tidak mudah terkena penyakit.
  123. Pajenggut-jenggut jeung nu dugul : meminta bantuan kepada orang yang sama-sama sedang butuh bantuan.
  124. Peureum kadeuleu beunta karasa : selalu terbayang-bayang.
  125. Pindah cai pindah tampian : pindah kebiasaan; menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
  126. Pipilih nyiar nu leuwih koceplak meunang nu pecak : pilih-pilih ingin yang lebih tapi dapatnya yang jelek.
  127. Pondok jodo panjang baraya : meskipun tidak berjodoh tapi jadi saudara.
  128. Pupulur memeh mantun : meminta upah sebelum bekerja.
  129. Puraga tamba kadengda : mengerjakan sesuatu tidak sungguh-sungguh.
  130. Ranggaek memeh tandukan : banyak gaya sebelum mampu.
  131. Saciduh metu saucap nyata : kata-katanya selalu terbukti.
  132. Sagolek pangkek sacangreud pageuh : janjinya tepat, tidak mencla mencle.
  133. Sahaok kadua gaplok : gampang marah dan menampar.
  134. Sareundeuk saigel sabobot sapihanean : rukun saling membantu.
  135. Siku siwulu-sulu maung ngamuk gajah meta : bahaya.
  136. Tamiang meulit ka bitis : senjata makan tuan; menanggung akibat dari perbuatannya sendiri.
  137. Taktak moal ngaluhuran sirah : murid tidak akan melebihi guru.
  138. Taya tangan pangawasa : lemas tidak berdaya.
  139. Teng manuk teng anak merak kukuncungan : sifat orang tua menurun kepada anaknya.
  140. Teu lemek teu nyarek : diam tidak bicara sedikit pun.
  141. Teu dipiceun sasieur/ teu miceun sasieur : sangat mirip; percis bagai pinang dibelah dua.
  142. Teu ditarik teu ditakon : dicuekin.
  143. Teu gugur teu angin : ujug-ujug; tidak ada sebabnya.
  144. Teu mais teu meuleum : tidak ikut-ikutan melakukan sesuatu.
  145. Teu nginjeum ceuli teu nginjeum mata : mendengar dan melihat langsung.
  146. Teu puguh alang ujurna : tidak jelas ujungnya.
  147. Ti luhur sausap rambut ti handap sasap dampal : sekujur tubuh.
  148. Tiis ceuli herang mata : damai tentram tidak ada masalah atau percekcokan.
  149. Titirah ngadon kanceuh : pindah dengan maksud ingin sembuh tapi malah lebih parah.
  150. Tunggul dirarud catang dirumpak : perbuatan sekarepnya melanggar aturan.
  151. Tunggul sirungan catang supaan : ada permasalahan yang muncul di akhir.
  152. Tungkul ka jukut tanggah ka sadapan : bijak dalam mengambil keputusan.
  153. Ulah ridu ku tanduk : jangan merasa repot dengan sesuatu yang akan berguna/ bermanfaat.
  154. Weruh sadurung winaro : sakti
  155. Wiwirang di kolong catang nya gede nya panjang : mendapat malu yang sangat besar.
Itulah 155 contoh paribasa atau peribahasa Sunda lengkap dengan artinya. Semoga bermanfaat.

Post a Comment for "155 Contoh Paribasa atau Peribahasa Sunda Populer dan Artinya"