85 Peribahasa Indonesia dan Artinya plus Sinonim Paribasa Sunda
Selamat datang di blog Husni.my.id, Dalam tulisan atau ucapan kita sering membaca atau mendengar untaian kata yang susunannya sudah tetap dan mengandung arti kiasan. Kata-kata itu biasa disebut dengan peribahasa.
Pengertian peribahasa adalah rangkaian kata berupa kalimat yang susunannya tetap dan tidak bisa diubah, serta mengandung arti kiasan untuk menyampaikan maksud tertentu.
Peribahasa dalam bahasa Sunda disebut paribasa, umumnya berupa perumpamaan yang mengandung makna pepatah, nasihat, atau filsafat hidup. Makna yang terkandung dalam sebuah peribahasa disebut makna idiomatik.

Dilihat dari isinya, peribahasa Indonesia terbagi atas enam macam, yaitu:
1. Bidal atau Pameo, berisi sindiran, ejekan, atau peringatan.
2. Pepatah, berisi nasihat atau ajaran dari orangtua.
3. Perumpamaan, berisi ungkapan terhadap suatu keadaan dengan mengumpamakan.
4. Ungkapan, beberapa kata yang berisi kiasan tentang sifat atau kelakuan seseorang.
5. Tamsil atau ibarat, berisi perbandingan suatu hal dengan perkara lainnya.
6. Semboyan, berisi prinsip atau pedoman.
Kumpulan Peribahasa Indonesia dan Artinya
1. Ada asap ada api (moal aya haseup lamun euweuh seuneu) = suatu akibat atau kejadian pasti ada penyebabnya.
2. Ada gula ada semut = di mana ada kesenangan di situlah banyak orang mendekat.
3. Ada udang di balik batu = ada maksud tersembunyi.
4. Air beriak tanda tak dalam (lodong kosong ngelentrung) = orang yang banyak bicara atau banyak gaya biasanya kurang pandai atau kurang ilmunya.
5. Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga (téng manuk téng anak merak kukuncungan) = biasanya sifat anak menurun dari sifat orangtuanya.
6. Air susu dibalas dengan air tuba (nu asih dipulang sengit) = kebaikan dibalas dengan keburukan.
7. Air tenang jangan disangka tiada buayanya = orang yang diam jangan disangka pengecut atau tidak mampu.
8. Ai tenang menghanyutkan = orang yang pendiam biasanya mengejuatkan (luas ilmunya).
9. Alah bisa karena biasa (cikaracak ninggang batu laun-laun jadi legok) = segala sesuatu yang dianggap sulit jika terus dilakukan (sampai terbiasa) pada akhirnya akan bisa juga.
10. Anak dipangku dilepaskan, beruk di rimba disusukan (cukup belengur baraga naya) = membantu orang lain tanpa mempedulikan urusan pribadi.
11. Anjing menggonggong kafilah berlalu (moal borok ku dipoyok) = tidak bergeming menghadapi rintangan.
12. Api dalam sekam = perbuatan jahat yang tidak terlihat.
13. Bagai bulan kesiangan = pucat, lesu.
14. Bagai duri dalam daging = sesuatu yang tidak menyenangkan hati atau menyakitkan hati.
15. Bagai kacang lupa kulitnya (poho ka temah wadi) = lupa diri, tidak tahu berbalas budi.
16. Bagai katak dalam tempurung (kurung batok) = kurang luas pengetahuannya.
17. Bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau (hirup teu neut paeh teu hos) = hidup dalam kesengsaraan/ kesulitan.
18. Bagai kerbau dicocok hidung (kawas munding diténdok) = selalu menuruti keinginan orang, diajak/disuruh ke mana pun ikut saja.
19. Bagai mencincang air = mengerjakan perbuatan sia-sia.
20. Bagai mendapat durian runtuh (aya jurig tumpak kuda) = mendapat keuntungan yang tidak disangka-sangka tanpa susah payah mendapatkannya.
21. Bagai menegakkan benang basah (ngajul béntang ku asiwung) = melakukan perbuatan yang mustahil dapat dilaksanakan.
22. Bagai mentimun dengan durian (pacikrak ngalawan merak) = orang kecil/ miskin/ lemah melawan orang besar/ kaya/ kuat.
23. Bagai musang berbulu ayam = orang jahat tingkah lakunya seperti orang baik.
24. Bagai musuh dalam selimut = musuh dalam kelompok sendiri.
25. Bagai pagar makan tanaman = orang yang diberi amanat merusak barang yang diamanatkannya; penjaga merusak yang dijaganya.
26. Bagai pinang dibelah dua (teu dipiceu sasieur/ teu miceun sasieur) = gambaran orang yang mirip atau percis.
26. Bagai pungguk merindukan bulan (ambon sorangan) = seseorang yang merindukan kekasihnya tapi cintanya tidak terbalaskan.
27. Bagai telur di ujung tanduk = sedang dalam bahaya atau suatu keadaan yang sulit.
28. Bagaikan air dan minyak (kawas cai jeung minyak) = tidak dapat bersatu.
29. Bagai air di daun talas (kawas cai dina daun taleus) = selalu berubah-ubah tidak tetap pendiriannya.
30. Bagai anak ayam kehilangan induk = bercerai berai/ kacau karena kehilangan tumpuan.
31. Bagai kebakaran jenggot = bingung tidak karuan.
32. Belum bertaji hendak berkokok = belum berilmu/ kaya/ berkuasa sudah menyombongkan diri.
33. Belum beranak sudah ditimang = berlum berhasil sudah bersenang-senang.
34. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing (bengkung ngariung bongkok ngaronyok) = bersama-sama dalam keadaan suka maupun duka.
35. Bergantung pada akar lapuk (pajenggut-jenggut jeung nu dugul) = berharap/ minta tolong pada orang yang tidak mungkin dapat membantu.
36. Bermain air basah, bermain api hangus = setiap usaha atau pekerjaan ada kesulitannya.
37. Bertepuk sebelah tangan = hanya sebelah pihak.
38. Besar pasak daripada tiang (leutik cahak, gedé cohok) = lebih besar pengeluaran daripada pendapatan.
39. Bumi tidak selebar daun kelor = bumi ini luas (tidak sempit).
40. Cepat kaki ringan tangan = suka menolong sesama.
41. Daripada hidup bercermin bangkai, lebih baik mati berkalang tanah = daripada hidup menanggung malu lebih baik mati.
42. Daripada hidup berputih mata, lebih baik mati berputih tulang = daripada hidup menanggung malu lebih baik mati.
43. Daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri = sebaik-baiknya negeri orang, lebih baik di negeri sendiri.
44. Datang tampak muka, pulang tampak punggung (datang katinggali tarang indit katinggali punduk) = datang permisi, pulang pun permisi.
45. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung (pindah cai pindah tampian) = harus menyesuaikan diri dengan tempat baru/ tempat tinggal yang ditempati.
46. Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi = sama kedudukannya.
47. Esa hilang, dua terbilang (lamun keyeng tangtu pareng) = berusaha terus dengan keras hati hingga maksud tercapai.
48. Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak = kesalahan sendiri tidak terlihat, kesalahan orang lain terlihat.
49. Gajah mati meninggal gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama = orang yang meninggalkan jasa walaupun sudah mati namanya akan tetap dikenang.
50. Gali lubang tutup lubang = meminjam uang untuk bayar hutang.
51. Gayung bersambut, kata berjawab = menjawab perkataan orang, menangkis serangan orang.
52. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari = bawahan/ murid/ anak akan meniru tingkah laku atasan/ guru/ orangtuanya.
53. Habis manis sepah dibuang = sesudah tidak dibutuhkan lagi lalu dibuang/ ditinggalkan.
54. Hancur badan di kandung tanah, budi baik terkenang jua = budi bahasa/ kebaikan tidak akan dilupakan orang.
55. Hangat-hangat tahi ayam (haneut-haneut tai kotok) = kenginan yang tidak tetap/ hanya beberapa saat saja.
56. Harapkan guntur di langit, air di tempayan dicurahkan (moro julang ngaleupaseun peusing) = mengharap sesuatu yang belum tentu, melepaskan yang sudah ada.
57. Hasrat hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai = keinginan/ harapan/ cita-cita besar yang tidak mungkin dapat tercapai.
58. Hemat pangkal kaya, rajin pangkal pandai = orang yang berhemat akan kaya, orang rajin belajar akan pandai.
59. Hidup dikandung adat, mati dikandung tanah = hidup harus taat pada adat istiadat dalam masyarakat.
60. Jauh panggang dari api = tidak sesuai, tidak benar, banyak bedanya.
61. Jauh di mata dekat di hati = meskipun berjauhan tapi hati selalu ingat.
62. Kalah jadi abu menang jadi arang = permusuhan akan merugikan kedua belah pihak.
63. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga (halodo sataun lantis ku hujan sapoé) = kejahatan/ kesalahan kecil merusak perbuatan baik yang telah diperbuat.
64. Katak hendak jadi lembu (cécéndét mandé kiara, cileuncang mandé sagara) = congkak; orang kecil/ miskin ingin menyamai orang besar/kaya.
65. Kecil-kecil cabe rawit (leutik-leutik ngagalatik) = kecil tapi pemberani.
66. Kepala sama berbulu, pendapat berlain-lainan = pendapat orang berbeda-beda.
67. Lain di mulut lain di hati (heueuh-heueuh bueuk) = perkataan tidak sesuai dengan isi hatinya; di mulut setuju di hati tidak tulus.
68. Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya (ciri sabumi cara sadésa) = tiap-tiap negeri atau bangsa memiliki adat kebiasaan masing-masing.
69. Lempar batu sembunyi tangan (nepakeun jurig patuh) = melakukan sesuatu kemudian pura-pura tidak tahu supaya dirinya selamat.
70. Lepas dari mulut harimau jatuh ke mulut buaya (kaluar tina kandang maung asup kana kandang buaya) = lepas dari bahaya besar, masuk lagi pada bahaya besar lainnya.
71. Lidah tak bertulang (biwir teu diwengku létah teu tulangan) = mudah mengatakan sesuatu; berkata tanpa dipikirkan akibatnya.
72. Lubuk akal tepian ilmu = oran pandai tempat bertanya.
73. Malu bertanya sesat di jalan = kalau tidak mau bertanya pada orang yang tahu akan kesulitan/ tidak mendapat kemajuan.
74. Menohok teman seiring dalam lipatan (neukteuk curuk dina tuur) = mencelakakan teman sendiri.
75. Nasi sudah menjadi bubur = sudah terlanjur, tidak bisa diubah lagi.
76. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit; Sehari selembar benang, lama-lama menjadi kain = pekerjaan yang sulit jika dikerjakan secara terus menerus lama-lama akan berhasil juga; sesuatu yang kecil kalau terus dikumpulkan lama-lama akan menjadi besar.
77. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui (pardu kalaku sunat kalampah) = sekali melakukan pekerjaan, beberapa tujuan tercapai.
78. Seorang makan cempedak, semua kena getahnya (dihurun suluhkeun, disakompét daunkeun) = satu orang berbuat salah, semua menanggung akibatnya.
79. Seperti cacing kepanasan = tidak tenang; gelisah.
80. Sesah dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna (dipikir dibulak balik, dibeuweung diutahkeun) = pikir dulu masak-masak sebelum menyesal akhirnya.
81. Setali tiga uang (sabelas dua belas) = sama saja, tidak ada bedanya.
82. Serigala berbulu domba = orang jahat kelihatannya baik tapi kejam/ curang.
83. Tak ada gading yang tak retak = tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa cacat/ salah.
84. Tiada rotan akar pun jadi = tidak ada yang baik, yang kurang baik pun boleh juga.
85. Tong kosong nyaring bunyinya (lodong kosong ngelentrung) = orang bodoh banyak bicaranya.
Baca juga: 155 Paribasa Sunda Populer dan Artinya
Demikianlah, semoga bermanfaat.
Post a Comment for "85 Peribahasa Indonesia dan Artinya plus Sinonim Paribasa Sunda"